Iklan Infeed Image Above

MENOPOUSE

Pengertian Menopause 
Menopause yaitu setelah masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata menopause natural terjadi 51,4 tahun untuk Negara industri, secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun. Menopause dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi (Kusmiran, 2011 hal. 145).

Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu Mens yang mempunyai arti siklus menstruasi dan pause kata latin memiliki arti berhentinya proses. Karena berhentinya menstruasi mensugesti hanya beberapa hari dalam kehidupan seorang wanita, maka akan sangat berkhasiat untuk memandang menopause secara lebih luas, sebagai suatu periode waktu. Wanita menemukan dirinya dalam perubahan. Hal ini menujukkan periode ketika terjadi perubahan sosial fisiologis, atau psikologis. Fase yang dapat berlngsung selama beberapa bulan hingga lebih dari satu dekade. Perubahan psikologis termasuk serangkaian perubahan hormon dan klinis yang menunjukkan penurunan fungsi ovarium (Pranoto, 2007 hal. 264). Menopause merupakan peristiwa alami yang terjadi pada setiap wanita. Peristiwa alami tersebut dipengaruhi konteks budaya yang berbeda dan persepsi individual.

Beberapa suku bangsa terentu sehingga mudah dirawat oleh keluarga sendiri Pada masyarakat pada umumnya, usia sampaumur memiliki penghargaan yang tinggi dibandingkan usia lanjut khususnya wanita yang memiikil keyakinan dalam diri bahwa sebagai wanita sudah merasa tidak tepat dengan berakhirnya proses menstruasi dan merasa tidak subur lagi. Pandangan budaya dan individual mensugesti persepsi wanita bekerjasama dengan proses menopause dan gejala yang ditimbulkan dari menopause (Kusmiran, 2011 hal.143).

Periode Menopause 
Menurut Mubarak (2012) ada tiga periode menopause yaitu fase Klimaterium (Premenopause), Menopause dan Senium.
  1. Klimaterium (Premenopause). Periode klimakterium (Premenopause) merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak. Premenopause merupakan adegan dari masa klimakterium yang terjadi sebelum menopause (Pranoto, 2007 hal. 263). Perubahan perimenopause dan proses penuaan itu diantaranya menyerupai perubahan contoh perdarahan, hot flash, gangguan tidur, perubahan atropik, perubahan psikologi, perubahan berat badan, perubahan kulit, seksualitas dan perubahan fungsi tiroid (Varney, 2006). 
  2. Menopause.  Masa menopause yaitu ketika haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan hingga menuju ke senium umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. 
  3. Senium. Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah bisa menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami aneka macam gejala karena perubahan keseimbangan hormon. Bagian-bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause menyerupai sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang yang berbeda umur yang umum yaitu sekitar 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda hingga umur 50-an. 

Perubahan Psikologi Pada Masa Menopause 
Wanita yang mencari pemberian medis untuk gejala menopause sangat berbeda dengan wanita yang usia dan status menopause sama yang tidak mencari bantuan, tetapi lebih cenderung melaporkan distress. Mempunyai efek negatif terhadap kesehatan mental (Varney, 2006 hal. 309). Beberapa wanita menemukan perubahan membuat menopause menjadi masa-masa yang sulit. Sangat sulit bagi dokter untuk memutuskan apakah gejala depresi, keletihan, dan insomnia disebabkan perubahan hormon atau gangguan emosional yang dalam, karena wanita tersebut melihat sekelilingnya dan tidak menyerupai apa yang ia lihat. Anak-anaknya tumbuh dan atau meninggalkan rumah keluarga. Harapan masa muda dan keinginannya lenyap ke dalam kehidupan rutin. Suaminya kelihatan menemukan minat baru, meninggalkannya sendirian. Taman-temannya pun mengalami duduk perkara yang serupa dan terus mengeluh menyerupai dirinya (Llewellyn, 2009 hal. 418).

Ketidakteraturan haid mungkin secara bawah sadar meningkatkan kecemasannya bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi renta dan ditolak, ia mencapai simpulan dari kehidupan. Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui 3 tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama yaitu perasaan cemas paling menonjol. Biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlansung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya muncul. Ketiga, merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapannya itu tidak benar kelak, wanita akan memasuki tahap pembiasaan ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya, tinggal sebagai mimpi buruk (Llewellyn, 2009 hal. 419).

Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk peningkatan depresi. Peranan dalam kehidupan sosial sangat penting bagi lansia, terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan dalam menghadapi duduk perkara yang berkaitan dengan pensiun atau hilangnya jabatan dan pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi pujian lansia dalam pendekatan holistik, sebenanya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spritual dalam kehidupan lansia (Mubarak, 2012 hal. 328). Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause ketika menopause yaitu mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas, dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual.


Menurut (Mubarak, 2012 hal. 328), beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda gejala dari menopause yaitu sebagai berikut : 
  1. Daya ingatan menurun. Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal sederhana. 
  2. Timbul kecemasan. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause, mereka menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian pergi sendirian ke luar kota, sekarang merasa cemas dan khawatir. Hal itu sering diperkuat oleh larangan oleh anak-anaknya. Kecemaasn pada wanita lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang cemas dan khawatir. 
  3. Mudah tersinggung. Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan dengan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggungdan marah terhadap sesuatu yang sebelumya dianggap tidak menganggu. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi sangat sensitive terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama kalau sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya. 
  4. Mengalami stress. Ketegangan perasaan atau selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Jika tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Ditingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bias diramalkan. Perbedaan suasana hati dan emosi dapat mengakibatkan beragam reaksi, mulai dari reaksi marah hingga akibatnya ke hal-hal yang lebih sulit untuk dikendalikan. 
  5. Depresi. Wanita yang mengalami depresi sering merasa duka karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, duka karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, duka karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, atau duka karena kehilangan daya tarik. 

Gejala-Gejala Menopause (Mubarak, 2012 hal. 324)
  • Faktor Psikis. Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini bekerjasama dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol yaitu berkurangnya tenaga dan gairah berkurangnyaa konsentrasi dan kemampuan akademik, serta timbulnya perubahan emosi menyerupai mudah tersinggung, susah tidur, rasa kesepian, ketakutan keganasan, tidak tabah dan lain-lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung pada kemampuan seorang wanita untuk menyesuaikan diri.
  • Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi mensugesti faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis dan psikologik. 
  • Budaya dan lingkungan Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat mensugesti wanita dalam pembiasaan diri dengan fase klimakterium dini. 
  • Fakor lain Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang sudah atau belum berumah tangga, riwayat menarke yang terlambat kuat terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan. Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memperlihatkan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami aneka macam gejala yang sifatnya ringan hingga berat (Proverawati, 2009). Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan mengikuti keadaan terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi kalau menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium (Proverawati, 2009). 

Beberapa keluhan fisik yang merupakan gejala menopause (Aqila, 2010) :
  1. Ketidakteraturan siklus haid. Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan menyerupai ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. 
  2. Kekeringan vagina Gejala pada vagina muncul akhir perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi yaitu rasa sakit ketika bekerjasama seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap abuh vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya yaitu kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada ketika kencing (Aqila, 2010). 

Seksualitas Pada Menopause 
Fungsi seksual yang memuaskan yaitu adegan integral kesehatan dan kesejahteraan wanita diusia berapapun. Banyak mitos perihal seks dan proses penuaan. Selama bertahun–tahun telah menjadi anggapan bahwa semakin renta usia wanita, minat seks dan responsif wanita akan menurun. Mayoritas wanita yang mengalami menopause alami tidak melaporkan penurunan dalam hasrat seksual, kesenangan erotis atau orgasme (Varney, 2006 hal. 310). Menurut (Kusmiran, 2011 hal. 145), Adapun seksualitas menyangkut aneka macam dimensi yang sangat luas. Diantaranya yaitu dimensi biologis, dimensi Sosial, dimensi kultural moral.
  • Dimensi biologis. Berdasarkan dimensi ini, seksualitas erat dengan bagaimana insan menjalani fungsi seksual, sesuai dengna identitas jenis kealmin nya dan bagaimana dianmika aspek-aspek psikologis (kogisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiriserta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia. Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau perempuan, bagaimana seseorang menerima kepuasan psikologis dan perilaku yang dihubungkan dengan identitsa peran, jenis kelamin, serta bagaimana perilaku seksualnya. 
  • Dimensi sosial. Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam kekerabatan antar manusia, bagaiamana seseorang beardaptasi atau mengikuti keadaan dengan tuntutan tugas dari lingkungan social serta bagaimana sosialisasi tugas dalam kehidupan manusia. 
  • Dimensi kultural moral. Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaain terhadap seksualitas. Misalnya dinegara Timur orang belum eksprensif mengungkapkan seksulitas berbeda dengan Negara barat umumnya menjadi hak asasi manusia. Berbeda dengan moralitas islam misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya yaitu hak Tuhan, sehingga penggunaaan dan pemanfaatannya dilandasi pada norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksuaitas insan secara lengkap. Mitos dalam masyarakat berasumsi bahwa kaum lansia tidak tertarik rangsangan seksual antara ketetarikan dan masa muda dan seksualitas dengan cinta yang romantis atau fertilitas. Seks dapat dinikmati untuk aneka macam alasan, menyerupai alasan menurunkan ketegangan, perbaikan tidur sebagai penyaluran emosi dan untuk perasaan intimasi (Varney, 2006 hal. 309). Sesudah masa transisi menopause, fungsi seksual anda bisa berubah. Walaupun gairah seksual menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia, umumnya terjadi penurunan gairah seksual cenderung menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia, umumnya terjadi penurunan gairah pada wanita di usia 40-an dan 50-an, yaitu pada ketika tingkatan estrogen menurun. Pada masa ini diharapkan waktu yang cukup lama untuk dapat terangsang. Lapisan kulit dan jaringan vagina menipis dan mengering, sehingga hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan sakit ketika bekerjasama seksual (Sulistyawati, 2012 hal. 187). 

Cara mengatasi keluhan menopause 
Menurut (Mubarak, 2012 hal. 333) aneka macam keluhan fisik opada wanita yang mengalami menopause dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat mengganti hormon estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Prinsip pengobatan menopause yaitu memperlihatkan estrogen dari luar atau dikenal dengan hormone replacement theraphy (HRT) atau istilahnya dalam bahasa Indonesia yaitu Terapi Sulih Hormon (TSH). Sebelum pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-persyaratan menyerupai tekanan darah normal, tidak ada kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara, tidak ada pembesaran uterus, hati dan kelenjar tiroid normal dan tidak ada terdapat varises.


Prinsip dasar pemberian TSH yaitu sebagai berikut : 
  1. Pada wanita yang memiliki uterus, pemberian estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesteron yaitu untuk mencegah kanker endometrium. 
  2. Pada wanita tanpa uterus maka cukup pemberian estrogen saja dan diberikan secara kontinu (tanpa istirahat) 
  3. Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan haid, TSH diberikan secara sekuensial. Sementara bagi yang tidak ingin haid diberikan kontinu. 
  4. Jenis estrogen yang digunakan yaitu estrogen dan progesterone yang alamiah. 
  5. Pemberian selalu dimulai engan dosis rendah. 
  6. Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang memiliki sifat androgenik. 

Jenis estrogen alamiah yang banyak digunakan yaitu estrol, dikenal dengan merk dagang ovestin buatan pabrik organon. Tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, tablet 2 mg, dan krim 1 mg/gram untuk pemakaian local di vulva/vagina. Cara pemberian TSH bisa dengan oral, transdermal, semprot hidung, implant, pervaginam, sublingual dan intramuskular. Efek samping pemberian TSH sebagian besar diakibatkan karena dosis estrogen yang tinggi. Keluhan menyerupai nyeri payudara, peningkatan berat badan, keputihan dan sakit kepala serta perdarahan. 


Upaya lain untuk memperlambat dan mengatasi menopause 
Menurut (Mubarak, 2012 hal. 338) datangnya masa menopause tidak perlu cemas. Karena selain dapat diatasi dengan terapi hormon pengganti, kehadiran menopause ternyata dapat diperlambat dengan mengatur dan memulai kehidupan yang lebih sehat. 


Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut : 
  1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin menyerupai buah dan sayuran 
  2. Berolahraga teratur 
  3. Makanan yang baik dan bergizi 
  4. Melakukan hobi 
  5. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol. 
  6. Menghindari rokok 
  7. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memperlihatkan manfaat bagi orang lain 
  8. Berfikirlah bahwa menopause itu yaitu sesuatu yang wajar 
  9. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial 
  10. Bersilaturrahmi denagn sahabat bersama untuk bertukar fikiran 
  11. Mengkomunikasikan duduk perkara dengan pasangan
  12. Tingkatkan ibadah 

Sumber
  • Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 
  • Durand, V, M, dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
  • Noveri dan Emi. 2008. “Hidup Sehat Di Masa Menopause”. Jurnal Sultan Agung, Juni-Agustus, XXXVIII (112): 45-53. O’ Brien, P. 1994. Menghadapi Masa Menopause Dengan Penuh Kebahagiaan. Alih Bahasa: Rita, S. S. Jakarta: Binarupa Akasara. 
  • Syahraini, Karyono, Rohmatun. 2007. “Kecerdasan Emosional Dan Kecemasan Pramenopause Pada Wanita Di Rw IV dan XI Kelurahan Gebang Sari Semarang”. Jurnal Psikologi Proyeksi, Februari, II (01): 29-39.  

Histats