Iklan Infeed Image Above

PEMBINAAN DUKUN BAYI DI KOMUNITAS



A.    LATAR BELAKANG
Tingginya angka maut ibu dan bayi mengambarkan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, menyerupai dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap menawarkan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, menyerupai merawat dan memandikan bayi.
Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melaksanakan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut yaitu dengan melaksanakan pembinaan dukun yan merupakan salah satu peran dan tanggung jawab bidan.  Maka dari itu peran dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat menawarkan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang semenjak dahulu kala hingga sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji.
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan peran ini. Pengetahuan perihal fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak bisa untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.
Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya menyerupai abnormalitas bayi hingga pada maut ibu dan anak. Dalam perjuangan meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan menyerupai bidan mengajak dukun untuk melaksanakan pelatihan dengan keinginan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda ancaman dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.
Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka maut dan angka kesakitan (Prawirohardjo, 2005)
Tingginya angka maut ibu dan bayi mengambarkan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen  persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, menyerupai dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap menawarkan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, menyerupai merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melaksanakan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut yaitu dengan melaksanakan pembinaan dukun. 
Pembinaan yaitu suatu perjuangan yang dilakukan oleh seseorang masyarakat pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Pembinaan dukun yaitu suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi gres lahir, serta pengetahuan perihal perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka maut ibu dan bayi.



DUKUN BAYI
PEMBINAAN DUKUN BAYI DI KOMUNITAS
Dukun Bayi
Dukun bayi yaitu orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2)
 Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun berguru secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.
Dukun bayi yaitu seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara bebuyutan berguru secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun bayi yaitu seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga bersahabat lainnya (Kusnada Adimihardja).
Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong, berguru berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga selain dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantra khusus yang dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan hingga dengan bayi berumur 2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 - 10 hari pasca melahirkan.
Dukun bayi yaitu orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berafiliasi dengan pertolongan kelahiran, menyerupai memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara moral serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya yaitu seorang wanita renta yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).

Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Ø  Pada umumnya yaitu seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
Ø  Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf 
Ø  Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama 
Ø  Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
Ø  Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
Ø  Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi yaitu :
Ø  Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
Ø  Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
Ø  Dukun bayi biasanya orang yang kuat dalam masyarakat.
Ø  Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Ø  Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
Ø  Dukun Bayi Terlatih, yaitu dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
Ø  Dukun Bayi Tidak Terlatih, yaitu dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat menyebabkan maut ibu dan bayi, antara lain :
1.      Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu melaksanakan pertolongan pada ibu bersalin
2.      Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut rahim pada waktu kala III.
3.      Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun. 

Fungsi Dukun Bayi
Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi, ialah fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung fungsi utamanya, maka fungsi pemanis dapat dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam kerangka acara KIA, fungsi dukun bayi meliputi:
1.      Perawatan ibu hamil normal
2.      Pengenalan dan referensi ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan
3.      Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT
4.      Persalinan yang aman
5.      Perawatan masa nifas
6.      Pengenalan dan referensi ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi
Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun bayi di masyarakat.
 Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan maut bayi dan anak, akan lebih berhasil kalau mengikutsertakan masyarakat. dukun bayi yaitu salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam upaya tersebut.
                        
Peran Dukun Bayi
1.      Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
a.       Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat menawarkan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b.      Dapat melaksanakan pertolongan persalinan yang aman.
c.       Bidan melaksanakan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali sentra dengan benar
d.      Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda ancaman dalam persalinan sehingga dapat melaksanakan referensi secara tepat.
2        Mengenali tanda ancaman pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
3        Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun
Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
a.       Kelebihan
1)      Dukun merawat ibu dan bayinya hingga tali pusatnya putus.
2)      Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
3)      Persalinan dilakukan di rumah
4)      Biaya murah dan tidak ditentukan.
b.      Kekurangan
1)      Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
2)      Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi gres lahir.
3)      Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam acara pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

Fungsi Bidan
Fungsi Bidan di Desa yaitu untuk menawarkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam menjalankan fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya dan melaksanakan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga melaksanakan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh pengelolaan acara KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi.

Tugas Pokok Bidan
Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya dalam pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi gres lahir, termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya sejalan dengan peran utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu.
Salah satu peran bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam program  KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya:
a.       Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan.
b.      Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
c.       Perawatan bayi gres lahir, khususnya perawatan tali sentra dan perlindungan ASI ekslusive.
d.      Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan
e.       Pelaporan persalinan dan maut ibu serta bayi
f.       Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB.
Dalam melaksanakan peran pokonya tersebut, bidan perlu menjalin relasi yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran.
Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran peran sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.

Wewenang Bidan
a.       Bidan mempunyai wewenang dalam menawarkan penerangan dan penyuluhan perihal kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada, keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi.
b.      Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji.
c.       Bidan melayani kasus ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan normal, termasuk pertolongan letak sungsang pada multipara, episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan nifas dan menyusukan, perlindungan uterotonik, pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan budi pemerintah.
d.      Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi gres lahir, pengawasan pertumbuhan dan pengembangan, perlindungan imunisasi perawatan, petunjuk perlindungan makanan.
e.       Bidan juga mempunyai wewenang menawarkan obat-obatan meskipun hanya terbatas dan roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, sepanjang tidak melalui suntikan, perlindungan obat-obat bebas terbatas dimana dibutuhkan saja.
2.      Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Makara kalau terjadi tuntutan hukum pada hal hal yang dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka yang dituntut yaitu bidan yang bersangkutan.

.
Supervise / pembinaan adalah Bimbingan teknis yang terus menerus danberkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.
Pembinaan menjangkau 2 aspek :
a.       Pembinaan ketrampilan dukun bayi.
b.      Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi.


TUJUAN PEMBINAAN DUKUN BAYI

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan perihal cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka maut masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi supaya mereka memiliki pengetahuan dan ilham gres yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat.
Beberapa acara pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam acara KB dan pendidikan kesehatan di banyak sekali aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun yaitu untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang bekerjsama sudah di lakukan oleh dukun, menyerupai menawarkan saran perihal kehamilan, melaksanakan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi dilema yang mungkin muncul pada dikala persalinan, sehingga angka maut ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin.


LANGKAH PEMBINAAN DUKUN BAYI

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing tempat atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun yaitu sebagai berikut:
a. Fase I : Pendaftaran Dukun
    1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
  2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan

b.  Fase II : Pelatihan
     1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment
     2) Diberikan sertifikat
     3) Diberikan penataan kembali peran dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
     4) Yang tidak dapat akta tidak diperkenankan praktek


c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
    1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
    2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun


UPAYA PEMBINAAN DUKUN BAYI

Dalam praktiknya, melaksanakan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya supaya bidan dapat melaksanakan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya yaitu sebagai berikut:
1.      Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2.      Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3.      Memberikan pengertian kepada para dukun perihal pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
4.      Memberi pengetahuan kepada dukun perihal komplikasi-komplikasi kehamilan dan ancaman proses persalinan.
5.      Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6.      Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan
Ø  Dokter
Ø  Bidan
Ø  Perawat kesehatan
Ø  Petugas imunisasi
Ø  Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi
Ø  Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
Ø  Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
Ø  Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
Ø  Pertemuan rutin yang telah disepakat
Ø  Waktu-waktu lain dikala petugas bertemu dengan dukun bayi
Ø  Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan


KLASIFIKASI PEMBINAAN DUKUN BAYI

Berikut yaitu pembagian terstruktur mengenai materi yang di berikan untuk melaksanakan pembinaan dukun:
1.      Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melaksanakan promosi bidan siaga, yaitu dengan melaksanakan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat menawarkan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi gres lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melaksanakan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

2.       Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan perihal perawatan pada ibu hamil, sehingga materi perihal pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda ancaman kehamilan, persalinan, nifas, dan referensi merupakan materi yang harus di berikan, supaya dukun bayi dapat melaksanakan deteksi dini kegawatan atau tanda ancaman pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan referensi cepat dan tepat.
Berikut ini yaitu materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:
a.       Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi yaitu ibu dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu renta (lebih 35 tahun), tinggi tubuh kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu bersahabat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain)

b.      Pengenalan tanda-tanda ancaman pada kehamilan
Pengenalan tanda-tanda ancaman pada kehamilan meliputi perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi; infeksi pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan

c.       Pengenalan tanda-tanda ancaman pada persalinan
Tanda-tanda ancaman pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam semenjak ibu mencicipi mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali sentra atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.

d.      Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari; infeksi pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang; payudara infeksi disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.

3.      Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a.      Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab maut pertama pada bayi usia di bawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus neonatorum yaitu salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap maut bayi gres lahir yang di sebabkan oleh bakteri clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali sentra yang tidak steril. Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, pundak atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melaksanakan imunisasi, dan melaksanakan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
1.         Bayi gres lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
2.         Mulut mencucu menyerupai verbal ikan.
3.         Kejang terutama kalau terkena rangsang cahaya, bunyi dan sentuhan.
4.         Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
1.      Pemotongan tali sentra pada waktu pemotongan tidak bersih.
2.      Perawatan tali sentra setelah lahir hingga dikala puput tidak bersih atau diberi bermacam-macam ramuan.

4.      Penyuluhan Gizi dan KB
a.       Gizi pada ibu hamil.
Ø Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima  sempurna.
Ø Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
Ø Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari menyerupai kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
Ø Tidak ada pantangan makan selama hamil.
Ø Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
b.      Gizi pada bayi
1)      Usia 0-6 bulan
Ø  Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
Ø  Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
Ø  Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
2)      Usia 6-9 bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat dimulai dari bubur susu hingga nasi tim lumat
3)      Usia 9-12 bulan.
Ø  Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan bernafsu menyerupai bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
Ø  Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
Ø  Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan menyerupai bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain- lain.
Ø  Beri buah-buahan atau sari buah menyerupai air jeruk manis, air tomat saring

Penyuluhan KB
Pentingnya ikut acara KB setelah persalinan supaya Ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu bersahabat yaitu lebih dari 2 tahun
Macam alat kontrasepsi
1)        Untuk suami :  Kondom dan Vasektomi
2)        Untuk istri     :  pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.

5.      Pencatatan kelahiran dan kematian
Dukun bayi melaksanakan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.

HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN
Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melaksanakan pembinaan dukun di masyarakat di antaranya yaitu sebagai berikut :
a.       Sikap dukun yang kurang kooperatif
b.      Kultur yang kuat
c.       Sosial ekonomi
d.      Tingkat pendidikan

a.       Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif yaitu adanya perasaan aib apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan untuk melaksanakan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam melaksanakan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk menawarkan suatu pemahaman gres dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara menawarkan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi gres lahir, misalnya memandikan bayi.
b.      Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
·         Dukun bayi biasanya yaitu orang yang di kenal masyarakat setempat.
·         Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
·         Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
·         Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.
·         Pelayanan dukun di lakukan hingga ibu final masa nifas.
·         Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan banyak sekali metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat, misalnya pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang sangat kuat pada contoh pikir masyarakat dengan menawarkan penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melaksanakan advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
c.       Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun yaitu seorang pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat perihal biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melaksanakan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.
d.      Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun yaitu orang renta yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk melaksanakan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan serta pemahaman gres khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi gres lahir.
(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 136 - 138)


Diharapkan bahwa sudah tidak ada lagi bibit penerus dukun bayi, dan untuk dukun bayi yang sudah lama ditargetkan bahwa seluruhnya sudah dilakukan pembinaan dan kemitraan.







Referensi lain :
 Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi
Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

Histats