Iklan Infeed Image Above

ASUHAN KEBIDANAN KALA I


Asuhan Kala I

a.    Penggunaan partograf
       Partograf yakni alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf yakni untuk :
0.    Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
1.    Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
2.    Data komplemen yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, materi dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi gres lahir.
Partograf harus digunakan :
0.    Untuk semua ibu dalam fase aktif  kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
1.    Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, RS, dll).
2.    Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang menawarkan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
(Pusdiknakes, 2003).
b.    Memberi santunan persalinan
1.    Ketika persalinan sudah maju dan kontraksi menjadi semakin nyeri, ibu biasanya mendapat manfaat besar dari santunan berkesinambungan bidan mereka.
2.    Bila perlu, bidan dapat menggosok punggung ibu, berbicara dengan ibu di antara kontraksi, mengatakan kepada ibu betapa baiknya ia melaksanakan koping dan berikan penjelasan maupun kata-kata yang memberi dorongan.
3.    Bagian dari pemberian santunan yakni mendengarkan ibu dan merespon bahasa tubuh mulut maupun nonverbal.
4.    Sensivitas diharapkan bias menjadi dikala “kilas balik” bagi ibu yang pernah menjadi korban penganiayaan seksual di masa kanak-kanak.
c.    Pengurangan rasa sakit
1.    Lakukan perubahan posisi
2.    Posisi sesuai dengan impian ibu, tetapi kalau ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri.
3.    Sarankan ibu untuk berjalan.
4.    Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
5.    Ibu diperbolehkan melaksanakan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.
6.    Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu tersa kontraksi.
7.    Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100mg) I.M atau I.V secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB I.M atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg supositoria atau metamizol 500 mg per oral.
8.    Sentuhan dan masase.
9.    Kompres hangat dan kompres dingin.
10.  Mendengarkan music.
11.  Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang mendukung.
12.  Visualisasi dan pemusatan perhatian
d.  Persiapan persalinan
1.    Bagi Bidan :
                                    a)        Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi.
                                    b)        Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diharapkan hal-hal pokok sebagai berikut :
1)    Ruangan yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2)    Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
3)    Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
4)    Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
5)    Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
6)    Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu dikala persalinan, melahirkan bayi dan untuk menawarkan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan ibu menerima privasi yang diinginkannya.
7)    Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
8)    Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
9)    Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).

                                    c)    Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.
1)    Bagi keluarga dan ibu bersalin :
(a)  Rencanakan bersalin di polindes, Puskesmas, RB, RS, dan BPS.
(b)  Tabungan untuk biaya persalinan.
(c)  Menyiapkan untuk donor darah, kalau sewaktu-waktu diharapkan ibu.
(d)  Ibu dan suami menyakan bidan /dokter kapan HPLnya.
(e)  Menyiapkan kendaraan/alat transportasi kalau sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke RS.
(f)   Menyiapkan perlengkapan dan peralatan ibu dan bayi.
(KMS, 2009).


e.    Pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis ibu dan janin.
1.    Kebutuhan Ibu Selama Persalinan :
a)    Kebutuhan Fisiologis
1)    Oksigen
2)    Makan dan minum
3)    Istirahat selama tidak ada his
4)    Kebersihan tubuh terutama genetalia
5)    Buang air keil dan buang air besar
6)    Pertolongan persalinan yang terstandar
7)    Penjahitan perineum bila perlu
b)    Kebutuhan rasa aman
1)    Memilih tempat dan penolong persalinan
2)    Informasi perihal proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan
3)    Posisi tidur yang dikehendaki ibu
4)    Pendampingan oleh keluarga
5)    Pemantauan selama persalinan
6)    Intervensi yang diperlukan.
c)    Kebutuhan dicintai dan mencintai
1)    Pendampingan oleh suami / keluarga.
2)    Kontak fisik (memberi sentuhan ringan).
3)    Masase untuk mengurangi rasa sakit
4)    Berbicara dengan bunyi yang lemah, lembut, serta sopan.
d)    Kebutuhan harga diri
1)    Merawat bayi sendiri dan menetekinya.
2)    Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu.
3)    Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
4)    Informasi bila akan melaksanakan tindakan
5)    Memberikan kebanggaan pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan.
e)    Kebutuhan aktualisasi diri
1)    Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan.
2)    Memilih pendamping salama persalinan
3)    Bounding and attachment
4)    Ucapan selamat atas kelahiran anaknya
f.     Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan :
1.    Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan
a)    Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan
b)    Memberi makan dan minum
c)    Menganjurkan istirahat diluar his
d)    Menjaga kebersihan tubuh terutama kawasan genetalia (bila    memungkinkan ibu disuruh untuk mandi atau membersihkan kawasan kemaluan).
e)    Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besar.
f)     Menolong persalinan sesuai standar
2.    Pemenuhan kebutuhan rasa aman
a)    Memberi informasi perihal proses persalinan atas tindakan yang akan dilakukan.
b)    Menghargai pilihan posisi tidur.
c)    Menentukan pendampingan selama persalinan.
d)    Melakukan pemantauan selama persalinan.
e)    Melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
3.    Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai
a)    Menghormati pilihan pendampingan selama persalinan.
b)    Melakukan kontak fisik atau memberi sentuhan ringan.
c)    Melakukan masase untuk mengurangi rasa sakit.
d)    Melakukan pembicaraan dengan bunyi lemah lembut dan sopan.
4.Pemenuhan kebutuhan harga diri
a)    Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi pendengar yang baik.
b)    Memberi asuhan dengan memperhatikan privasi ibu
c)    Memberi pelayanan dengan empati.
d)    Memberitahu pada ibu setiap tindakan yang akan dilakukan
e)    Memberi kebanggaan pada ibu terhadap tindakan positif yang telah dilakukan.
5.    Pemenuhan kebutuhan aktualisasi
a)    Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai keinginan.
b)    Menentukan pendamping selama persalinan.
c)    Melakukan bounding and attachment.
d)    Memberi ucapan selamat setelah persalinan selesai
g.    Tanda ancaman kala I
Tanda ancaman kala I dan manajemenya
       Tabel Indikasi-indikasi untuk tindakan dan / atau referensi segera selama kala I persalinan :
Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
Riwayat bedah sesar
1.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan bedah sesar.
2.    Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berilah santunan dan semangat.

Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (show)
Jangan melaksanakan pemeriksaan dalam
1.    Baringkan ibu ke sisi kiri.
2.    Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer loktat atau cairan garam fisiologis (NS).
3.    Segera rujuk ke akomodasi yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan bedah sesar.
4.    Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Kurang dari 37 ahad (persalinan kurang bulan)
1.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetrik dan BBL.
2.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan serta semangat.
Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental
1.    Baringkan ibu ke sisi kiri
2.    Dengarkan DJJ
3.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk melaksanakan bedah sesar.
4.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan bawa partus set, kateter penghisap lendir delle dan handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan di jalan.
Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin
Dengarkan DJJ, kalau ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah)
Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
1.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan melaksanakan asuhan kegawat daruratan obstetrik.
2.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan serta semangat.
Tanda-tanda atau gejala-gejala nanah :
- Temperatur tubuh
- Menggigil
- Nyeri abdomen
- Cairan ketuban yang berbau
1.    Baringkan ibu miring kekiri
2.    Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.
3.    Segera rujuk ke akomodasi yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan bedah sesar.
4.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan serta semangat.
Tekanan darah lebih dari 160/ 110 dan/atau terdapat protein dalam urine (preeklamsia berat)
1.    Baringkan ibu miring kekiri
2.    Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS)
3.    Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% IV selama 20 menit.
4.    Suntikan 10 g MgSO4 50% 15 g IM pada bokong kiri dan kanan.
5.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kapabilitas asuhan kegawat daruratan obstetrik dan BBL.
6.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan serta semangat.
Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramniofis, kehamilan ganda
1.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan bedah sesar.
2.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan semangat dan dukungan.
Alasan :
Jika diagnosisnya yakni polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah dengan janinnya. Dengan adanya makrosomia risiko distosia pundak dan perdarahan pasca persalinan atau lebih besar.
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada 2 x penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)
1.    Baringkan ibu miring ke kiri, dan anjurkan untuk bernapas secara teratur.
2.    Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan renger laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.
3.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetrik dan BBL.
4.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan dan semangat.

Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
1.    Baringkan ibu miring ke kiri
2.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan pembedahan bedah sesar.
3.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan dan semangat.
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)
1.    Baringkan ibu miring ke kiri.
2.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL.
3.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk) (adanya episode janin, menyerupai misalnya lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
1.    Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri.
2.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL.
3.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan dan semangat.
Tali sentra menumbung (jika tali sentra masih berdenyut)
1.    Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat, letakan satu tangan divagina dan jauhkan kepala janin dari tali sentra janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan menolong episode terbawah bayi tidak menekan tali pusatnya. (keluarga mungkin dapat membantu).
2.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL.
3.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan semangat serta dukungan
ATAU
1.    Minta ibu untuk melaksanakan posisi bersujud dimana posisi bokong tinggi melebih kepala ibu, sampai tiba ke tempat rujukan.
2.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan BBL.
3.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan semangat serta dukungan.
Tanda-tanda gejala trauma :
a.    Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit)
b.    Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mm Hg
c.    Pucat
d.    Berkeringat atau kulit lembab, dingin.
e.    Napas cepat (lebih dari 30 x/menit)
f.     Cemas, gundah atau tidak sadar
g.    Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
1.    Baringkan ibu miring ke kiri
2.    Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan ajaran darah ke jantung.
3.    Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan garam fisiologis (NS), infuskan 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit, kalau mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125 m/jam.
4.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL.
5.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan dan semangat.
Tanda-tanda gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang.
a.    Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam.
b.    Kontraksi teratur lebih dari 2 dalam 10 menit)
1.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kapasitas kegawatdaruratan obstetri dan BBL.
2.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan santunan serta semangat.
Tanda dan gejala belum inpartu
a.    Kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
b.    Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 – 2 jam.
1.    Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
2.    Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
3.    Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi djj, kalau tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin. Persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk :
a.    Menjaga cukup makan dan minum
b.    Datang untuk menerima asuhan kalau terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.


Tanda dan gejala partus lama
a.    Pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (partograf)
b.    Pembukaan serviks kurang dari 1 cm perjam
c.    Kurang dari 2 kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang dari 40 detik.
1.    Segera rujuk ibu ke akomodasi yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan BBL.
2.    Dampingi ibu ke tempat referensi dan berikan semangat serta dukungan.

h.    Pendokumentasian kala I
1.    Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu termasuk DJJ, kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu melaksanakan koping.
2.    Partograf  biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya bila memungkinkan.
3.    Selain itu setiap intervensi, problem atau referensi juga harus didokumentasi terang dan ditandatangani dalam catatan ibu.
Hal-hal yang perlu di dokumentasikan:
       Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik :
1.    Anamnesis
a.    Nama, umur dan alamat
b.    Gravida dan para
c.    HPHT
d.    Tapsiran persalinan
e.    Alergi obat-obatan
f.     Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
g.    Riwayat medis lainnya.
h.    Masalah medis dikala ini, dll.
2.    Pemeriksaan fisik
a.    Pemeriksaan abdomen
1)    Menentukan TFU
2)    Memantau kontraksi uterus
3)    Memantau DJJ
4)    Memantau presentasi
5)    Memantau penurunan episode terbawah janin
b.    Pemeriksaan dalam
1)    Menilai cairan vagina
2)    Memeriksa genetalia eksterna
3)    Menilai penurunan janin
4)    Menilai penyusupan tulang kepala
5)    Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6)    Jangan melaksanakan pemeriksaan dalam kalau ada perdarahan pervaginam.
Format pendokumentasian kala I
Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.
S : Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam identifikasi yang meliputi:
1.    Diagnosa atau masalah
2.    Antisipasi diagnosa atau problem potensial
3.    Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau referensi sebagai langkah II, III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan evaluasi berdasarkan asuhan yang diberikan.

ASUHAN KALA I


Histats