MELAKSANAKAN TINDAK LANJUT ASUHAN MASA NIFAS DIRUMAH
1. Pengawasan Masa Nifas
Pengawasan masa nifas dapat dilakukan dirumah. Pengawasan nifas dirumah merupakan pengawasan yang tidak khusus diberikan untuk ibu dan bayi yang gres dilahirkan saja, tetapi sesuai dengan asuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Dewasa ini, pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.
2. Kunjungan Rumah Pasca Partum
a. Kontak keluarga untuk mengatur detail kunjungan rumah
1) Perkenalkan diri dan identitas anda dan lembaga yang anda wakili.
2) Tinjau kembali tindak lanjut kunjungan rumah.
3) Jadwal waktu kunjungan yang membuat klient nyaman.
4) Pastikan alamat atau tempat tinggal dari pasien/keluarga yang akan dikunjungi.
b. Tinjau kembali dan cari penjelasan ihwal data yang ada.
1) Semua data pemeriksaan yang ada untuk ibu dan bayi (ringkasan keadaan ibu dan bayi selama di rumah sakit, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga tersebut).
2) Tinjau kembali semua catatan kontak dengan pelayan kesehatan sebelumnya.
3) Kontak pemberi asuhan sebelumnya untuk mencari penjelasandan data yang diperlukan.
c. Identifikasi sumber-sumber dalam masyarakat dan permasalahan yang terkait dengan asuhan lanjutan yang diperlukan.
d. Rencanakan kunjungan dan siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diharapkan untuk pengkajian ibu dan bayi, guna penyuluhan yang akan dilakukan.
3. Intervensi dirumah : Membina hubungan
a. Perkenalkan diri dan sebutkan tujuan kunjungan rumah pasca partum untuk ibu, bayi dan keluarga yang dikunjungi untuk menceritakan impian mereka dari kunjungan-kunjungan ini.
b. Luangkan sedikit waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga yang dikunjungi guna mengenal dan menjalin relasi saling percaya.
fitramaya).
TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DI RUMAH
A. PELAKSANAAN ASUHAN NIFAS
1. Ibu yang gres pulang dari RS
a. Keputusan diambil oleh ibu hasil konsultasi dengan RS dan Bidan.
b. Bidan memperlihatkan informasi terinci ihwal ringkasan proses persalinan, hasil dan informasi lain yang relevan.
c. Jika perlu mengulangi pada sore hari atau esok hari.
2. Kunjungan Post natal rutin
a. Kunjungan rumah sebaiknya dilakukan setiap pagi dan sore selama beberapa hari post partum.
b. Ibu, suami atau keluarganya diajarkan untuk mendemonstrasikan : cara memandikan bayi, cara membuat susu, cara menyeterilkan botol, cara mencuci tangan.
c. Jika ibu mengeluh sakit perineum dapat dianjurkan mengompres/cebok dengan air hangat.
d. Saran/nasehat yang diberikan harus realistis dan sesuai keadaan.
e. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan tabah jikalau bayi menangis.
f. Karena bidan pada waktu mengunjungi tidak lama, maka perlu melibatkan keluarga untuk : memperlihatkan perhatian penuh baik ekspresi maupun non verbal, siap siaga, memperlihatkan pertolongan dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan baru.
g. Bidan mengobservasi status mental ibu dan sikap terhadap bayinya, suami serta belum dewasa lainnya.
h. Memberitahukan pengenalan tanda bahaya/masalah yang mungkin dihadapi.
i. Bidan juga perlu mengobservasikan reaksi anggota keluarga lainnya.
j. Siapkan waktu semoga ibu dapat mengekspresikan perasaannya, kecemasan terhadap bayinya, belum dewasa lainnya dan relasi antar mereka.
k. Bidan mendengarkan, memperlihatkan pertolongan dan dorongan terus menerus serta memperlihatkan pertolongan ekstra kepada ibu yang kurang mendapat pertolongan dari keluarganya.
l. Pada setiap simpulan kunjungan, bidan melengkapi catatannya termasuk saran-saran yang diberikan, untuk mempermudah asuhan post natal berikutnya.
m. Perencanaan : skrining test untuk mengetahui penyakit metabolisme, yang muncul pada hari ke 6-ke 14.
n. Sebelum hari ke 10 mulai membicarakan ihwal KB (metode kontrasepsi) : mendorong ibu untuk berfikir konkret ihwal rencana kehamilan berikutnya, jikalau ingin menggunakan pil 2-3 ahad setelah bersalin ibu dianjurkan ke klinik KB atau jikalau ingin menggunakan IUD 6 ahad post partum.
o. Dengan rileks mendorong suami istri untuk membicarakan awal seksual intercourse, dijelaskan juga : lamanya pengeluaran lochea, kembalinya menstruasi, kesuburan, cara-cara meminimalkan nyeri perineum, perubahan fisik dan psikologi.
Jika ada kelainan atau penyimpangan baik bayi maupun ibunya dianjurkan segera ke RS, misalnya : perdarahan post partum, gangguan mental kejang, bayi hipotermia, bila mungkin ibu dan bayi dalam satu ruangan.
(asuhan kebidanan nifas)
B. PENYULUHAN MASA NIFAS
1. Kebutuhan gizi dan vitamin A
a. Ibu menyusui harus makan dengan diet berimbang untuk mendapat protein, mineral dan vitamin yang cukup.
b. Mengkonsumsi pemanis 500 kalori tiap hari.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, dan minum setiap kali menyusui semoga produksi ASI banyak.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit semoga bisa memperlihatkan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya semoga bayi tidak kekurangan vitamin A dan tetap sehat.
2. Kebersihan diri atau bayi
a.Memelihara kebersihan seluruh tubuh
Ø Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan kawasan kelamin dengan sabun dan air. Bersihkan kawasan vulva dahulu, kemudian kawasan air besar.
Ø Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Ø Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan kawasan kelaminnya.
Ø Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh kawasan luka.
b.Memelihara kebersihan bayi
Ø Mencuci tangan setiap kali akan memegang bayi.
Ø Merawat tali pusat, dengan cara menutup tali sentra dengan kasa kering dan bersih secara longgar,lipatkan popok dibawah sisa tali pusat. Jika tali sentra kotor, bersihkan dengan sabun dan air bersih. Jangan memperlihatkan ramuan tradisional pada tali sentra alasannya yakni dapat menimbulkan infeksi.
Ø Mengganti popok bayi setiap kali popok berair untuk mencegah infeksi alasannya yakni jamur.
Ø Segera membersihkan kotoran bayi jikalau bayi buang air besar.
Ø Memandikan bayi.
3. Istirahat
a. Anjurkan ibu semoga istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Tidur sekitar 8 jam pada malam hari dan sekitar 1 jam pada siang hari.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke aktivitas rumah tangga secara perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mensugesti ibu dalam beberapa hal menyerupai mengurangi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus dan menambah perdarahan, menimbulkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya sendiri.
4. Pemberian ASI
ASI mengandung semua materi yang diharapkan bayi, mudah dicerna, member perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, dan siap diminum kapan saja. Wanita dianjurkan memperlihatkan ASI langsung selama 6 bulan.
Kolostrum merupakan makanan terbaik pada hari-hari pertama bayi dan mengandung zat kekebalan. Usahakan semoga dapat diberikan sesegera mungkin dalam jam pertama setelah bayi lahir, dan kemudian sekitar setiap 2-3 jam sekali (paling sedikit setiap 4 jam, termasuk pada malam hari, mulai hari pertama). Semakin banyak kolostrum disusukan, maka semakin cepat dan semakin banyak produksi ASI. Usahakan semoga bayi menyusu sesering mungkin alasannya yakni ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Anjurkan kepada ibu semoga memperlihatkan hanya ASI (ASI eksklusif) pada bayi hingga bayi berusia 6 bulan. Ukur suhu badan bayi jikalau tampak sakit atau menyusu kurang baik.
5. Latihan /Senam nifas
Ø Jelaskan kepada ibu pentingnya perjuangan membantu badan untuk mengembalikannya ke keadaan semula. Kehamilan menimbulkan otot perut, sekitar rahim dan vagina teregang dan melemah. Olahraga beberapa menit dalam sehari akan mengencangkan otot-otot tersebut dan akan mencegah nyeri punggung dan kurang bias menahan berkemih dikemudian hari.
Ø Dengan berolahraga secara teratur, maka dalam 6-12 bulan, otot-otot akan kembali normal.
Ø Jelaskan bahwa ibu dapat berolahraga ringan segera setelah persalinan dan menjaga semoga tidak terlalu memaksakan diri.
Ø Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya tidak berolahraga. Mulai berolahraga beberapa hari kemudian dan membatasi pada olahraga yang dirasakantidak terlalu melelahkan.
Ø Ajarkan/tunjukkan ibu cara melakukannya dan minta ibu untuk menggandakan cara melakukannya :
a. Senam otot dasar panggul :
- Kerutkan/kencangkan otot sekitar vagina, menyerupai saat menahan kemih selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari.
- Secara bertahap lakukan senam ini hingga 30-50 kali 5 detik pengencangan otot dasar panggul sehari.
b. Senam otot
Senam otot perut dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada bantalan yang datar dank eras. Mulailah dengan melaksanakan 5 kali perhari untuk setiap jenis gerakan berikut ini. Setiap ahad frekuensinya ditambah 5 kali lagi, maka pada simpulan masa nifas, setiap jenis gerakan dilakukan 30 kali.
c. Menggerakkan panggul
- Ratakan bab bawah punggung dengan bantalan tempat berbaring.
- Keraskan otot perut atau panggul, tahan hingga 5 hitungan, bernafas biasa.
- Otot kembali relaksasi, bab bawah punggung kembali ke posisi semula.
d. Bernafas dalam
- Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan di atas perut.
- Perut dan tangan di atasnya akan tertarik ke atas. Tahan selama 5 detik.
- Keluarkan nafas panjang, perut dan tangan di atasnya akan terdorong ke bawah.
- Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik.
e. Menyilangkan tungkai
- Lakukan posisi (menggerakkan panggul) menyerupai pada no 1 di atas.
- Pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, dekatkan tumit ke pantat sebisanya.
- Tahan selama 5 detik, pertahankan bab punggung tetap rata.
f. Menekukkan badan (dimulai setelah 1 ahad nifas)
- Lakukan posisi pada menyerupai no.1 di atas.
- Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.
- Keluarkan nafas dan angkat kedua pundak untuk mencapai kedua lutut.
- Tahanlah selama 5 detik.
- Tariklah nafas sambil kembali ke posisi semula dalam 5 hitungan.
g. Bila kekuatan badan semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit
- Dengan kedua tangan di atas dada
- Selanjutnya dengan tangan dibelakang kepala, tetap mengencangkan perut
- Bagian bawah punggung tetap menempel pada bantalan tempat berbaring.
6.Hubungan seks dan keluarga berencana
Secara fisik aman untuk memulai relasi suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa sakit. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melaksanakan relasi suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda relasi suami istri hingga masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 ahad setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. Sebaiknya ibu gres hamil lagi paling sedikit 2 tahun setelah persalinan yang terakhir. Usahakan untuk mencegah kehamilan. Petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarga dengan memperlihatkan informasi/penyuluhan ihwal cara ber KB.
7. Tanda-tanda bahaya
Bila ada alah satu atau lebih tanda berikut ini bayi perlu segera dirujuk ke dokter.
a. Sulit menyusu
b. Letargi (tidur terus sehingga tidak menyusu)
c. Kehangatan ; demam (>38 derajat C, atau hipotermia < 36 derajat C).
d. Tidak buang air besar atau tidak berkemih setelah 3 hari lahir (kemungkinan anus atau tidak mempunyai lubang). Tinja lembek, hijau tua, sering, ada lender atau darah pada tinja.
e. Warna kulit; sianosis (biru) atau pucat pada kulit atau bibir, adanya memar. Warna kulit (ikterus) terutama dalam 24 jam pertama.
f. Muntah terus menerus dan perut membesar.
g. Kesulitan bernafas atau bernafas lebih dari 60 kali permenit.
h. Perilaku atau tangis yang tidak normal, menggigil, sangat mudah tersinggung, menangis terus menerus, tidak bias tenang, kejang, kejang halus.
i. Mata nanah dan bernanah/berair.
j. Mekonium cair berwarna hijau gelap dengan lender atau darah.
k. Tali sentra (tanda-tanda infeksi); merah, bengkak, keluar cairan, baunya busuk, perdarahan tali pusat.
Daftar Rujukan
Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan nifas normal
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.
Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP