Iklan Infeed Image Above

HIPERTENSI YANG DIINDUKSI KEHAMILAN


HIPERTENSI YANG DIINDUKSI KEHAMILAN
Eric D. Lichter, M.D.

Faktor yang menempatkan wanita mengandung pada risiko khusus untuk timbulnya hipertensi yang diinduksi kehamilan ialah diabetes mellitus, penyakit ginjal, pielonefritis, juga latar belakang keluarga dan riwayat personal adanya hipertensi.

Waspadalah mengenai manifestasi utama hipertensi dan proteinuria. Edema ialah tanda yang tidak dipercaya. Tekanan darah arterial rata-rata midtrimester (tekanan diastolik ditambah sepertiga perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) di atas 90 mmHg  atau lebih ialah tanda terjadinya hipertensi yang diinduksi kehamilan. Pada trimester ketiga, tekanan darah yang melebihi 135/85 (ketimbang 140/90) harus dianggap abnormal juga dengan peningkatan tekanan darah 15 mmHg untuk diastolik dan 30 mmHg untk sistolik dibandingkan dengan tingginya tekanan darah sebelum kehamilan atau trimester pertama dan proteinuria (lebih dari trace proteinuria). Tidak ada efek preventif yang ditunjukkan dengan pembatasan garam medikasi antihipertensi atau diuretik, atau tindakan kontrol berat badan.

Perjalanan penyakit dapat membahayakan dengan memberat secara cepat selama periode beberapa jam menjadi kejang, koma, dan kematian. Dengan demikian, perawatan ialah penting pada manifestasi yang paling dini. Lakukan observasi yang sering pada tekanan darah, output urin, refleks-refleks, vasospasme retina (Gambar 1), dan keadaan sensorium. Amati perkembangan penyakit.

Pasien dengan hipertensi yang diinduksi kehamilan yang berat menunjukkan tekanan darah 160 mmHg untuk sistolik atau 110 mmHg untuk diastolik atau lebih dan proteinuria sekurangnya 5 g per 24 jam. Oliguria kurang dari 400 ml per 24 jam ialah membahayakan dan juga gangguan serebral atau penglihatan, edema paru-paru atau sianosis, dan adanya tanda-tanda hemolisis, hasil tes fungsi hati yang meninggi, dan hitung trombosit yang rendah (sindroma HELLP). Semakin awal onset penyakit  pada kehamilan, semakin buruk prognosisnya. Penatalaksanaan bernafsu penyakit yang berat menunjukkan hasil yang terbaik.

Kejang (eklampsia) biasanya didahului oleh hiperrefleksi atau klonus yang progresif. Intervensi yang luas ialah diharuskan, ditujukan untuk menghentikan kejang, menjaga oksigenasi yang adekuat, menghindari aspirasi paru-paru, mencegah atau mengobati gagal jantung, dan mengosongkan rahim, segera mungkin dikala aman dilakukan (setelah stabilisasi) melalui seksio sesarea, kecuali terjadi persalinan melalui vagina.

Magnesium sulfate ialah pengobatan utama pada hipertensi pada kehamilan. Dosis awal pertama kali ialah 20 ml larutan 20 persen diberikan cdengan sangat lambat secara intravena sekurangnya dalam periode tiga menit, periksalah refleks lutut dan amati pernafasan. Hentikan derma jikalau refleks tendon dalam menghilang. Siapkan kalsium glukonat untuk mengatasi efek magnesium jikalau respirasi berhenti (tanda overdosis). Magnesium komplemen dapat diberikan melalui drip intravena atau dengan penyuntikan intramuskular berkala, dosis dinaikkan berdasarkan kembalinya hiperrefleksia atau kadar magnesium serum, jikalau segera dapat tersedia. Output urin harus dimonitor dengan kateter kandung kemih untuk menjamin klirens obat dan ekskresi yang baik. Hydralazine (5 hingga 10 mg intravena tiap 15 hingga 20 menit jikalau diperlukan) harus digunakan jikalau tekanan darah diastolik naik di atas 100 hingga 105 mmHg untuk mencegah gangguan serebrovaskular.

Walaupun mekanisme patofisiologis yang mendasari hipertensi yang diinduksi kehamilan ini masih belum diketahui, proses penyakit berlanjut hingga kehamilan berakhir di mana manifestasinya menghilang. Pasien tetap dalam resiko tinggi. Follow up bersiklus ialah penting, dengan perawatan dan penatalaksanaan yang bernafsu jikalau terjadi kembali.

Jika keadaan pasien telah stabil, jagalah kondisi tersebut dengan magnesium sulfate dan lakukan persalinan dalam 6 hingga 12 jam. Bahkan pada serviks yang belum matang, induksi persalinan dengan infus oxytocin yang ditirasi dengan sangat hati-hati dapat berhasil. Monitoring kecepatan denyut jantung janin secara elektronis ialah sangat penting. Jika induksi persalinan gagal, seksio sesarea ialah pilihan yang sesuai untuk pasien dengan hipertensi berat setelah keadaan tersebut terkontrol. Keterlambatan mempunyai risiko terjadinya eksaserbasi atau komplikasi ibarat solusio plasenta (abruptio placentae) atau hipoksia janin akhir insufisiensi plasennta. Lanjutkan pengawasan pasca-persalinan untuk mendeteksi dan menanggani eksaserbasi secara luas

Kepustakaan
Chesley LC. Hypertensive Disorders in Pregnancy. New York: Ap-pleton-Century-Crofts, 1978.
Pritchard JA. The use of magnesium sulfate in preeclampsiaeclampsia. J Reprod Med 23:107, 1979.
Sibai BM, Taslimi M, Abdella, TN, et al. Maternal and perinatal outcome of conservative management of severe preeclampsia in midtrimester. Am J Obstet Gynecol 152:32, 1985.

Histats