Iklan Infeed Image Above

KEHAMILAN DENGAN ISOIMUNISASI RHESUS

KEHAMILAN DENGAN ISOIMUNISASI RHESUS

Dapatkan riwayat yang lengkap dari gravid, terutama mengenai adanya transfusi darah, dan perincian mengenai latar belakang obstetriknya dalam hal abortus, kehamilan ektopik, lahir mati, dan keadaan neonatus pada bayi sebelumnya (ikterus, anemia, transfusi). Dapatkan laporan tertulis dari semua dokter yang pernah merawat pasien. Tiap pasien prenatal harus menjalani pemeriksaan golongan darah dan dilakukan skrining antibodi pada kunjungan prenatal yang pertama kali. Ultrasonografi untuk menentukan usia kehamilan juga dilakukan, jikalau diperlukan.

Untuk menghindari kesalahan dalam menghitung title antibodi yang akan menjadikan interprestasi menjadi sulit, kirimlah spesimen hanya kepada laboratorium yang mempunyai latar belakang yang dipercaya dan berpengalaman dengan duduk perkara ini.

Gravida dengan rhesus negatif dengan antibodi anti-D negatif dan mengalami perdarahan vagina atau abortus selama trimester pertama harus mendapatkan 50 µg immune globulin (anti-D RhoGam) secara intramuscular untuk menghalangi sensitisasi dari transfusi fetomaternal. Amniosentesis dilakukan untuk pemeriksaan genetik, dan terminasi pada trimester kedua memerlukan 300 µg immune globulin. Hal yang sama berlaku pada ajal janin intrauterine dari tiap sedan lainnya, terutama jikalau dokter memiliki tindakan espektatif yang konservatif, menunggu persalinan terjadi spontan.

Jika hasil skrining antibodi anti-D awal yaitu negatif da perjalanan kehamilan tidak mengalami komplikasi, tidak diharapkan pemeriksaan lebih jauh hingga usia kehamilan 28 minggu. Pada waktu tersebut lakukan pemeriksaan ulang. Jika karenanya masih negative, harus diberikan 300 µg immune globulin intramuskular untuk pencegahan terhadap penggalan perdarahan fetomaternal yang tenang.

Jika amiosentesis diharapkan untuk menentukan maturitas paru-paru janin dan kehamilan tidak diharapkan berlangsung dalam 48 jam, dosis immune globulin 300 µg pasca-amniosintesis harus diberikan; jikalau persalinan tidak diharapkan didunia, dosis tunggal pasca-persalinan akan mencukupi. Transfusi fetomaternal yang besar dapat terjadi pada solusio plasenta, atau insisi melalui plasenta. Hitunglah jumlah kuantitatif darah janin dalam sirkulasi maternal sehingga dapat diberikan dosis immune globulin yang sesuai.

Gravida yang diberikan immune globulin secara profilaksis pada ahad ke-28 mungkin mempunyai antibodi eksogen yang cukup untuk menyebabkan tes Comb pribadi pada neonatus menjadi positif. Hal ini mencerminkan adanya derma antibodi secara pasif, bukan imunisasi aktif. Ibu masil tetap merupakan calon untuk pengobatan immune globulin pasca-persalinan.

Tiap laboratorium harus menentukan sendiri titer kritis antibodi anti-D sebagai batas bawah di mana tidak terjadi eritroblastosis neonatus yang berat atau lahir mati yang tercatat. Titer kritis 1:16 merupakan pengalaman kami.

Jika titer anti-D melebihi titer kritis, penatalaksanaan lebih lanjut tergantung pada amniosentesis dan analisis spektrofotometrik dari hasil penghancuran bilirubin (Gambar 1). Berat dan waktu terjadinya komplikasi pada kehamilan sebelumnya menentukan kapan untuk melaksanakan amniosentesis pertama, biasanya antara ahad ke-24 dan ke-28. Gunakan pembungkus radioopak untuk melindungi cairan amnion dari cahaya alasannya cahaya dapat mengubah metabolit bilirubin dan akan merendahkan pembacaan.

Beratnya gangguan janin dan waktu amniosentesis selanjutnya ditentukan dari kadar pigmen dan usia kehamilan  (kurva Liley). Semakin tinggi kadar dan semakin cepat naiknya, semakin besar keperluan melaksanakan persalinan (jika mendekati aterm) atau transfusi intrauterine (jika imatur). Ultrasonografi, pemeriksaan biofisik, pemeriksaan maturitas paru-paru akan menuntun perawatan. Konsultasi dan transfer ke sentra perawatan tersier yaitu paling baik bagi pasien. Keahlian yang sangat canggih diharapkan untuk mendeteksi dini hidrops fetalis, derma transfusi intrauterin, dan menentukan teknik lainnya yang dapat diterapkan untuk kasus ini.




Kepustakaan
Bowman JM, Manning FA, Intrauterine    transfusions: Winnipeg 1982. Obstet Gynecol 61:203, 1983.
Bowman JM, Pollack J. Rh isoimmunization in Manitoba: Progress in prevention and management. Can Med Assoc J 129:343, 1983.
Management of Isoimmunization in Pregnacy. Technical Bulletin number 90. Washington,DC:   American College of Obstetricians and Gynecologists, 1986.
Prevention of Rho(D) Isoimmunization. Technical Bulletin number 79. Washington, DC: American Colege of Obstetricans and Gynecologists, 1984.
Seeds JW, Bowes WA. Ultrasound-guided fetal intravascular transfusion in severe rhesus immunization. Am J Obstet Gynecol 154:1105, 1986.
           

Histats