Iklan Infeed Image Above

Kebutuhan dasar ibu nifas aktifitas seksual



AKTIFITAS SEKSUAL SETELAH MELAHIRKAN


Kebutuhan dasar ibu nifas aktifitas seksual
Masa setelah melahirkan selama 6 ahad atau 40 hari, menurut orangawam merupakan masa nifas yang penting untuk di pantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama hal nya menyerupai masa haid. Darah nifas mengandung trombosit, sel - sel degeneratif, set – sel mati dan sel – sel endometrium sisa.
Banyak pasangan suami - istri merasa frekuensi berhubungan intim semakin berkurang setelah memiliki anak. Ada anggapan bahwa wanita usai persalinan kurang bergairah karena pengaruh hormon. Terutama pada bulan - bulan pertama pasca melahirkan, kegiatan mengurus bayi dan menyusui membuat istri lebih banyak mencurahkan perhatian kepada si kecil di bandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit apalagi berafiliasi intim. Beberapa bulan pertama setelah melahirkan, memang hormon pada wanita akan di kegiatan ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi. Waktu dan tenaga seakan tercurah hanya untuk si kecil, sehingga sulit rasanya mencari waktu untuk berhubungan intim.
Ibu yang baru melahirkan boleh melaksanakan korelasi seksual kembali setelah 6 ahad persalinan. Batasan waktu 6 ahad didasarkan atas ajaran pada masa itu semua luka tanggapan persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan 3 - 4 ahad setelah proses melahirkan itu. Meskipun korelasi telah dilakukan setelah ahad ke - 6 adakalanya ibu - ibu tertentu mengeluh korelasi masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu senggarna. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
1.      Sesuai tradisi. Setelah melahirkan ibu - ibu sering mengkonsumsi jamu - jamu tertentu. Jamu - jamu ini mengandung zat zat yang memiliki sifat astringents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas padavagina saat seorang wanita terangsang seksual.
2.      Jaringan gres yang terbentuk alasannya proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif.
3.      Faktor psikologis yaitu kecernasan yang berlebihan turut berperan. Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan suasana hati yang tenang. Kecemasan akan menghambat proses perangsangan sehingga produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang minim akan berakibat tabrakan penis dan dinding vagina tidak terjadi dengan lembut, akhirnya akan terasa nyeri dan tidak jarang akan ada luka lecet baik pada dinding vagina maupun kulit penis suami. Kondisi inilah yang menjadikan rasa sakit. Selain itu ada dua lagi penyebab yang mungkin menurunkan gairah seksual ibu pascamelahirkan. Pertama penyebab pribadi menyerupai luka pada persalinan. Kemudian penyebab tidak pribadi menyerupai depresi, baby blues atau kelelahan.
Pada prinsipnya, tidak ada masalah untuk melakukan hubungan seksual setelah final masa nifas 40 hari. Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual. Beragam perilaku seksual pada ibu - ibu pasca melahirkan yang menyusui, Jika sebagian lagi merasa tidak berangasan untuk melaksanakan kegiatan seksual, sedangkan sebagian lagi mencicipi hasrat seksual yang tinggi. Intinya yaitu permasalahan psikologis ibu untuk melakukan korelasi seksual. Jika memang ibu sudah tidak mengatami luka pasca persalinan, maka boleh – boleh saja.



  
DAFTAR PUSTAKA

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Pinem, saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media
Jones, Llewellyn. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrat
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan nifas normal
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.
Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.   



Histats