Iklan Infeed Image Above

KEHAMILAN DENGAN EMBOLI PARU-PARU


KEHAMILAN DENGAN EMBOLI PARU-PARU
                                                   Henry Klapholz, M.D


Pasien yang berada pada risiko yaitu mereka yang dengan penyakit vena perifer sebelumnya, trombo flebitis, atau emboli paru-paru, mereka dengan abuh pelvis, dan yang menjalani pembedahan yang lama, trauma, atau periode imobilisasi atau istirahat baring yang lama. Pasien dengan defisiensi antitrombin III berada pada risiko khusus. Nyeri dada prekordial atau substernal terlihat dengan penjalaran ke leher atau bahu, juga dengan nyeri pleuritik, sesak napas, kecemasan, agitasi, dan tidak dapat istirahat. 
Temuan fisik yaitu hipotensi, takikardia, dan takipnea. Juga dapat terjadi sianosis sirkumoral dan perifer.

Perubahan elektrokardiografi sementara dapat terlihat, mencerminkan kor pulmonale akut (pola S1 Q3 T3 yang khas, deviasi sumbu ke kanan, atau right bundle branch block). Pemeriksaan elektrokardiogram serial seringkali sangat bergun. Pemeriksaan sinar –X dada mungkin menunjukkan infiltrat paru-paru, meningkatnya radiolusensi, peninggian diafragma, atau efusipleura. Teknik sidik ( scanning ) paru-paru sangat berkhasiat dan aman untuk skrining, terutama untuk mendeteksi defek perfusi paru-paru pada pasien dengan temuan sinar-X dada yang normal. Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan peninggian ruang mati ( dead space ) ventilas dan menurunya PCO2 alveolar serta nilai PCO2 arterial yang normal. Nilai PO2 arterial yang rendah ( di bawah 90 mmHg ) di dalam udara ruangan bersamaan dengan sidik paru-paru yang nyata membantu dalam menegakkan diagnosis (dengan kesesuaian riwayat penyakit serta pemeriksaan fisik). Walaupun lebih berbahaya dari pemeriksaan sidik (scanning) tersebut, angiografi paru-paru memungkinkan visualisasi pribadi pada pembuluh darah paru-paru dan dengan demikian merupakan diagnosis definitif untuk keadaan ini. Tindakan ini harus dilakukan pada kasus yang meragukan sebelum menunjukkan pengobatan yang lama kepada pasien.

Pengobatan antikoagulan segera yaitu penting untuk menghindari komplikasi kematian.Heparin yaitu pengobatan yang disukai alasannya yaitu tidak melewati plasenta untuk mempengaruhi  janin. Infus intravena yang terus menerus kira-kira 1,000 unithe heparin per jam yaitu efektif. Partial thromboplastin time digunakan untuk menaikkan dosis; yang hrus diubahsuaikan hingga partial thromboplastin time dua kali nilai kontrol. Istirahat baring, oksigen, analgesi, dan antibiotika diperlukan. Digitalis mungkin diindikasikan untuk gagal jantung. Berikan isoproterenol dan dopamine, kalau diindikasi, untuk hipotensi dan diuretik untuk edema paru-paru. Setelah beberapa hari dokter dapat mengubah kepada pengobatan heparin subkutan yang intermiten, dan dilanjutkan hingga mencapai aterm.

Pada ketika aterm, persalinan pervaginam lebih lebih disukai daripada seksio sesarea. Penting untuk menghidari persalinan pervaginam yang traumatik. Persalinan, bahkan dengan seksio sesarea (jika diindikasikan secara obstetrik), dapat dilakukan dengan ama di bawah heparinisasi penuh kalau perdarahan terjadi, berikan protamine untuk mengatasi efek heparin dengan cepat dan efektif; obat ini harus ditunda hingga diperlukan.

Coumadin dapat menggantikan heparin pada keadaan pasca persalinan dalam regimen yang tumpang tindih. Warfarin diberikan setiap hari dalam dosis 10 hingga 15 mg selama dua hingga tiga hari hingga waktu protrombin dua hingga tiga kali nilai kontrol. Selanjutnya dosis heparin dapat diturunkan dan alhasil dihentikan. Pasien harus menghindari menyusui janinnya kalau sedang menggunakan Coumadin alasannya yaitu akan segera terdapat dalam air susu. Molekul heparin yang lebih besar tidak mempunyai risiko pribadi tersebut baik terhadap janin mau pun bayi
 
 Kepustakaan

Bell WR, Bartholomew JR. Pulmonarythromboembolicdisease. Probl Cardiol 10: 1, 1985.Bell WR, Simon TL. Current status of pulmonary thromboembolic  disease: Pathophysiology, diagnosis, prevention, and treat  ment. Am Heart  J 103: 239, 1982. de Swiet M. Thromboembolism. Clin Haematol 14: 643, 1985. Schafer Al. The hypercoagulable states.  Ann Intern Med 102. 814,  1985Weiner  CP. Diagnosis and management of thromboe disease  during pregnacy. Clin Obstet Gynecol 28: 107, 1985.

Histats