Pendahuluan
Dalam keadaan normal kehamilan akan terjadi intrauterine, nidasi akan terjadi pada endometrium korpus uteri. Dalam keadaan gila implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium rahim, disebut kehamilan ekstrauterin. Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik, karena kehamilan pada pars intrestisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat dalam rahim, namun terang sifatnya gila dan ektopik.
Definisi
Menurut Manuaba (1998), terdapat dua pengertian yang perlu mendapat perhatian, yaitu kehamilan ektopik ialah kehamilan yan berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan ekstrauterin ialah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus. Dengan pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada servikal termasuk kehamilan ekstrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik yang sangat berbahaya.
Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan ektopik terjadi jika telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi terang bersifat ektopik.
Menurut Saifuddin (2000), kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang ibarat desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang kala sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berkembang menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang gila mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi mirip buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 hingga 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh mirip dalam uterus.
Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi ialah :
Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang ibarat desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang kala sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berkembang menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang gila mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi mirip buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 hingga 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh mirip dalam uterus.
Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi ialah :
- Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi. Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah direasorbsi total.
- Abortus ke dalam lumen tuba. Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bahu-membahu dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, relasi antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah jika pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
- Ruptur dinding tuba. Penyebab utama dari ruptur tuba ialah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi jika ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan syok ringan mirip pada koitus dan pemeriksaan vagina.
Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
- Kehamilan Abdominal. Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
- Kehamilan Ampula. Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
- Kehamilan Servikal. Gestasi yang berkembang jika ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
- Kehamilan Heterotopik. Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
- Kehamilan Kornu. Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
- Kehamilan Interstisial. Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
- Kehamilan Intraligamenter. Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
- Kehamilan Ismik. Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
- Kehamilan Ovarial. Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium.
- Kehamilan Tuba. Kehamilan ektopik pada setiap adegan dari tuba fallopii.
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak nyaman. Namun jika sudah pecah menjadikan perdarahan intra abdominal. Gejala klinisnya meliputi trias gejala klinik :
- Amonorea (terlambat datang bulan) Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid.
- Akan terasa mual, pusing dan sebagiannya
- Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di tempat pundak dan seluruh abdomen.
- Terdapat perdarahan melalui vaginal
- Faktor dalam lumen tuba. a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu. b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping. c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak tepat dapat menjadi alasannya lumen tuba menyempit.
- Faktor pada dinding tuba. a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba. b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
- Faktor diluar dinding tuba. a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur. b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
- Faktor lain. a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur. b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
- Bekas radang pada tuba
- Kelainan bawaan tuba
- Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
- Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
- Abortus buatan
- Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
- Infeksi pasca abortus
- Apendisitis
- Infeksi pelvis
- Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD). ( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)
a. Tatalaksana Umum
- Restorasi cairan badan dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
- Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi. Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii: a. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi adegan tuba yang mengandung hasil konsepsi) b. Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melaksanakan salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
- Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan pinjaman tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan
- Cunningham, F.Gary, 2006.Obstretri Williams.Edisi 21.Jakarta : EGC.
- Wiknjosastro, Hanifa, 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
- Helen Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
- Winkjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
- Supriyadi Teddy, 2005. Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
- gambar:https://dokterbagus.files.wordpress.com/2014/12/24.jpg