KONTRASEPSI MANTAP
Terdiri dari ;
1. Kontap Wanita : Medis Operatif Wanita (MOW)
2. Kontap Pria : Medis Operatif Pria (MOP)
I. MEDIS OPERATIF WANITA
a. Pengertian
Oklusi tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu. (Hanafi, 2004, hal 243)
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang wanita. (Saifuddin, dkk, 2006, Hal MK-82)
b. Efektifitas
- Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 prempuan selama tahun pertama penggunaan)
- Efektif 6 – 10 ahad setelah operasi. (Hanafi, 2004, hal 322)
c. Jenis
- Minilaparotomi
- Laparoskopi
d. Mekanisme kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
e. Manfaat
1. Tidak mensugesti proses menyusui (breastfeeding)
2. Tidak bergantung pada factor senggama.
3. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium)
(Hanafi, 2004,)
f. Keterbatasan
- Harus mempertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
- Klien dapat menyesal kemudian hari.
- Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
- Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
- Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter seorang mahir ginekologi atau dokter seorang mahir bedah untuk proses laparoskopi)
- Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS
(Hanafi, 2004,
g. Indikasi MOW
a) Usia > 26 tahun
b) Paritas > 2
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
d) Pada kehamilannya akan menjadikan risiko kesehatan yang serius.
e) Pasca persalinan
f) Pasca keguguran
g) Paham dan secara sukarela oke dengan prosedur ini.
h. Yang sebaiknya tidak menjalani MOW
a). hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b). perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga harus di evaluasi)
c). infesi sistemik atau pelvic yang akut (hingga problem itu disembuhkan atau dikontrol)
d). tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e). kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
f). belum menunjukkan persetujuan tertulis.
i. Waku dilakukan
- Setiap waktu selama silus haid apabila diyankini secara rasional klien tersebut tidak hamil.
- Hari ke 6 hingga ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
- Pascapersalinan
Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 ahad atau 12 minggu.
Laparoskopi : tidak sempurna untuk klien-klien pascapersalinan.
- Pacsa keguguran
Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap atau laparoskopi)
Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap saja)
j. Komplikasi dan penanganan
KOMPLIKASI | PENANGANAN |
Infeksi luka. | Apabila terlihat luka, obati dengan antibiotic. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati ibarat yang terindikasi. |
Demam pasca | Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan. |
Luka pada kandung kemih, intestina (jarang terjadi) | Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pascaoperasi, dirujuk ke RS yang sempurna jikalau perlu. |
Hematoma (subkutan) | Gunakan packs yang hangat dan lembab tsb. Amati : hal yang biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase jikalau ekstensif. |
Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi) | Ajukan ke tingkat asuhan yang sempurna dan mulailah resusitasi intensif, termasuk Cairan intravena, resusitasi kardio pulmunar dan tindakan penunjang kehidupan lainnya. |
Rasa sakit pada lokasi pembedahan. | Pastikan adanya infeksi atau jerawat dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. |
Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit atau subkutan) | Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. |
II. MEDIS OPERATIF PRIA
a. Pengertian
Merupakan suatu metode kontrsepsi pada pria yang aman, sedrhana dan efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. (Hanafi, 2004, hal 307)
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melaksanakan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. (saifuddin, 2006, Hal MK-85)
Adalah salah satu cara kontrasespsi pada pria. Merupakan kontrasepsi mantap (KONTAP) pada pria yang bersifat ireversibel ( kesuburan praktis tidak dapat dikembalikan ) (BKKBN, 2002)
b. Efektifitas
- Sangat efektif
- Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan. (saifuddin, dkk. 2006, Hal MK-85)
c. Jenis
- standar
- VTP
d. Mekanisme kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
e. Manfaat
1. Efektif
2. Aman, morbidibitas rendah dan hamper tidak ada mortalitas.
3. Sederhana
4. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
5. Menyenangkan bagi penerima karena memerlukan anestesi lokal saja.
6. Biaya rendah (hanafi, 2004, hal 308)
f. Keterbatasan
- Diperlukan suatu tindakan operatif
- Kadang-kadang menyebabkan kompilkasi ibarat perdarahan atau infeksi
- Kontap-pria belum menunjukkan pertolongan total hingga semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam system reproduksi distal dari daerah oklusi vas deferens dikeluarkan
- Problem psikologis yang bekerjasama dengan prilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut system reproduksi pria.
g. Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakan bahaya atau ganguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
h. Kontra Indikasi MOP
1. Infeksi kulit lokal, missal scabies
2. Infeksi traktus genitalia
3. Kelainan scrotum dan sekitarnya ( varicocele, hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal)
4. Penyakit sistemik
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
i. Komplikasi dan penanganan
1. Komplikasi dapat terjadi ketika prosedur berlangsung atau beberapa ketika setelah tindakan. Komplikasi akhir reaksi mafilaksis yang disebabkan oleh pengguanaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
2. Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau jerawat pada testis, atrofi testis, epididimis kongestif atau peradangan kronik granuloma di daerah insisi, penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi ialah terjadinya antibody sperma.