Iklan Infeed Image Above

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEBIDANAN DI DALAM NEGERI (KONSEP KEBIDANAN)

Materi kuliah DIV Kebidanan 
Mata Kuliah : Konsep Kebidanan 
Pertemuan    : III (Tiga)

1807 
Zaman gubernur Jenderal Hendrik William Deandels, dukun dilatih dalam pinjaman persalinan, melihat angka ajal ibu dan anak sangat tinggi pada zaman itu. Tetapi tidak berlangsung lama alasannya yakni tidak ada pelatih kebidanan.  

1849 
Di buka pendidikan dokter Jawa di Batavia (di Rumah Sakit Militer Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto. 

1851 
Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi didirikan oleh dokter militer belanda (Dr. W. Bosch). Awal pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dilakukan oleh dukun dan bidan. Pendidikan ini tidak berlangsung lama, alasannya yakni ada larangan wanita untuk keluar rumah. 

1873 
Tiga puluh tujuh bidan yang berdomisili di kota hanya mau menolong persalinan orang Belanda dan Cina 

1890 
Pihak swasta Misi Katholik Tjideres Jawa Barat dan Sumatera Utara membuka sekolah bidan 1897 Pendidikan bidan di buka oleh Prof. Boerma. Pendidikan ini dibuka alasannya yakni keprihatinan terhadap persalinan ditandai dengan angka ajal ibu (AKI) yang sangat tinggi 1600 per 100.000 persalinan hidup, dan angka ajal bayi (AKB) mencapai 30% dari kelahiran sebelum mencapai satu tahun.  

1902 
Pendidikan bidan di buka kembali untuk wanita pribumi. Di Rumah Sakit Militer di Batavia. 

1904 
Pendidikan Bidan di buka di Makassa untuk wanita pribumi. Lulusan ini harus mau ditempatkan dimana saja, untuk menolong masyarakat yang tidak bisa secara Cuma-Cuma, dengan tunjangan 15-25 Gulden per bulan. 

1911/1912 
Dimulai pendidikan keperawatan di CBZ (RSUP) semarang dan Batavia. Calon penerima dari HIS (SD 7 Tahun). Pendidikan keperawatan selama 4 tahun dan hanya mendapatkan penerima pria pada awalnya. 

1914 
Diterima penerima didik wanita untuk dididik menjadi perawat selanjutnya dapat mengikuti pendidikan bidan selama 2 tahun. 

1935-1938 
Pemerintah Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bab B), seiring dengan itu, dibuka sekolah bidan di kota besar lainnya antara lain di Jakarta ada RSB Budi Kemuliaan, dan di Semarang ada RSB Palang Dua, RSB Mardi Waluyo. Di tahun yang sama dikeluarkan peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan Mulo dan pendidikan kebidanan selama tiga tahun disebut Bidan Kelas Satu (Vroedvrouw eerst klas) dan bidan dari lulusan perawat disebut Bidan Kelas Dua (vroedvrouw tweede klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. 

1950-1953 
Dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP, batas usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Pendidikan pembantu bidan yang disebut “Penjenang Kesehatan E atau Pembantu Bidan” di buka pada tahun ini hingga tahun 1976, setelah itu ditutup, penerima didiknya yakni lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. 

1952-1975 
Dibuka pendidikan bidan, pesertanya calon lulusan SMP. Lama pendidikannya 3 tahun. 

1953 
Dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, selama 7-12 minggu. Tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta untuk memperkenalkan pengembangan kegiatan kesehatan ibu dan anak pada lulusan bidan, sebelum menjalankan peran sebagai bidan, terutama bidan BKIA. Tahun 1967 kegiatan ini ditutup. 

1954 
Dibuka kegiatan pendidikan guru dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada mulanya pendidikannya hanya setahun, menjadi dua tahun dan bermetamorfosis tiga tahun. Tahun 1972 sekolah ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP), dengan calon penerima berasal dari sekolah perawat dan sekolah bidan. 

1957 
Didirikan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga Berencana. Pelayanan kebidanan yang dilakukan di luar Puskesmas dilakukan melalui Posyandu (pos pelayanan terpadu) meliputi empat kegiatan: pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. 

1964 
Rumah Sakit Saint Caroulus memulai pendidikan bidan dengan penerima dari tamatan SMA dengan lama pendidikan 4 tahun. 

1968 
Pemerintah mengeluarkan Kepmenkes No. 49/1968 wacana peraturan penyelenggaraan sekolah bidan.  

1970 
Dibuka Program Pendidikan Bidan, mendapatkan lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut Aekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK) 

1972 
Dibuka Sekolah Guru Perawat/Bidan/Perawat Kesehatan Masyarakat. Lama pendidikan satu tahun, ditutup pada tahun 1987

1974 
Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya multi-purpose di lapangan yang salah satu tugasnya yakni menolong persalinan normal.  

1974-1984 
Pendidikan bidan ditutup selama sepuluh tahun sehingga tidak menghasilkan lulusan bidan, tetapi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tetap ada. 

1978 
Diadakan pelatihan Dukun sebanyak 110.000 orang, alasannya yakni tercatat 90-92% persalinan ditolong oleh dukun, 6% ditolong bidan dan 1% ditolong oleh Dokter. 

1979 
Ada 16.888 bidan, 8000 dokter umum, dan 286 dokter seorang mahir kebidanan dan kandungan.  

1981 
Dibuka pendidikan Diploma I KIA (hanya berlangsung 1 tahun) 

1985 
Pemerintah membuat kebijakan untuk membuka kegiatan pendidikan mahir KIA dari SPK plus 1 tahun. IBI menolak nama “mahir KIA” tetapi mendapatkan “bidan”. Program penyelenggaraan pendidikan bidan pada tahun 1985 diatur dalam Permenkes No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tanggal 22 Juli 1985. Pedoman umum penyelenggaraan bidan diatur dalam Kepmenkes No. 2221/Kep/Diknakes/XII/1987. 

1989 
Dibuka crash programme Pendidikan Bidan (lulusan SPK= PPB A (program pendidikan bidan A) dengan pendidikan selama 1 tahun, setelah itu diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Gol II. Tahun 1996 statusnya menjadi bidan pegawai tidak tetap (PTT), dengan kontrak kerja selama tiga tahun serta dapat diperpanjang masa kontraknya. 

1993 
Dibuka Program Pendidikan Bidan B (Akper dengan lama pendidikan 1 tahun). Tujuannya untuk menjadi pengajar pada PPB A. Pendidikan hanya berlangsung 2 angkatan (1995-1996) dan ditutup. Selanjutnya dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB C) dari lulusan SMP yang dilakukan di 11 propinsi (Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, NTT, Maluku dan Irian Jaya). Diselesaikan dalam 6 semester, dan lama belajarnya 3600 jam. 

1994-1995 
Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance Learning), masih dalam tahap uji coba di tiga provinsi, yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tujuannya untuk peningkatan kualitas tenaga kesehatan dan diatur oleh SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994. 

1994 
Dilaksanakan LSS (Life Saving Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul, pelaksananya rumah sakit provinsi/ Kabupaten. 

1995-1998 
IBI berhubungan dengan Mother Care melakukan pelatihan peer review untuk bidan di rumah sakit, di puskesmas, dan bidan di desa kalimantan selatan. 

1996 
IBI bekerja sama dengan Depkes dan American College of Nurse Midwife (ACNM) dan rumah sakit swasta mengadakan Training of Trainer (TOT). Didirikan D3 Kebidanan yang berasal dari D1 Kebidanan dengan lama pendidikan 5 semester 

1998 
Didirikan D3 Kebidanan yang berasal dari SMU dan SPK dengan lama pendidikan 6 semester 

2000 
APN telah terbentuk Didirikan D4 Bidan Pendidik UGM 

2001 
Ada 65 institusi penyelenggara D3 Kebidanan (Depkes, TNI, Pemda, Swasta, dll) Didirikan D4 Kebidanan UNPAD 

2002 
D4 Kebidanan di USU 

2004 
D4 Kebidanan di Ngudi Waluyo, dll 

2006 
S2 Kebidanan Unpad 

2008 
S1 Kebidanan di UNAIR 
 
2009-2014
Dibukanya banyak sekali pendidikan kebidanan jenjang S2 dan S1 di beberapa kota di Indonesia.

Febrina Oktavinola Kaban

Histats